Senin, 30 Mei 2011

Bunda, dimanakah aku di hatimu ?


Berawal dari kisah seorang anak yang cerdas dan mandiri. Ketika ia berada d kelas 1, Anwar tak pernah beralih dari peringkat pertama di kelasnya. Ia tumbuh menjadi anak yg cerdas dan kreatif, tak hanya dari segi akademis, Anwar pun cerdas secara spiritual, psikis dan emosional. Dia tak pernah menolak ketika ada teman sekelasnya yang meminta untul mengajarkan materi pelajaran yg tidak dimengerti, tak hanya itu, Anwar juga menjadi bintang kelas karena prestasinya di bidang olahraga futsal.
Bagaikan seorang pangeran yang mengenyam pendidikan di istana, Anwar adalah anak yg nyaris sempurna dg segala prestasi dan akhlak yang baik.

Namun perubahan drastis terjadi pada diri Anwar ketika ia berada di kelas 3 SD. Wajah yang biasanya berseri dengan senyum yg indah ketika memasuki pintu gerbang sekolah, kini berubah masam, badannya tak lagi tegak,  tubuhnya merunduk dan selalu menatap kebawah. Kini ia tak pernah berada di peringkat pertama di kelasnya lagi. Bukan karena saingannya bertambah berat, akan tetapi prestasinya lah yang menurun tajam. Tak kuasa aku melihatnya dengan kondisi seperti itu, tanda tanya besar selalu terbayang dalam benakku. Apa yang terjadi dangan anak ku yg cerdas ini? Jangankan bermain futsal, bahkan keluar kelas pun sangat jarang dilakukan ketika bel istirahat berbunyi.

Akan tetapi, hari itu, tiba-tiba Anwar keluar kelas, entah ia akan bermain dmn, tp hatiku sedikit lega ketika ia mulai keluar dari kelas. Dan keadaan ini pun terus berkembang, Anwar kini berubah menjadi sangat aktif, tak jarang teman2nya dibuatnya menangis. Dia pun pernah mengambil mainan temannya. Tak hanya itu, Anwar yg selalu ke masjid dan sholat ketika mendengar adzan, suatu kali pernah ia tertangkap basah sedang bermain ketika yg lain sholat jum'at. Hal ini membuatku sangat bingung, entah mengapa hari itu aku ingin sekali mengecek tas anak-anak, apakah di antara mereka ada yg membawa mainan atau tidak. Namun aku terhenyak ketika aku menemukan sesuatu yang lain, yang membuatku terkejut bagaikan terkena kejutan listrik berskala besar.

Hanya secarik kertas, ya, dari secarik kertas itulah aku tau kenapa anakku berubah.
Di kertas itu di tulis, "bunda, dimanakah aku di hatimu?". "Setiap pagi, kau bangun dari tidurmu, pergi ke kantor tanpa pernah melihatku bangun dari tidurmu, tidak kah kau lelah? Selama ini aku selalu mendapat nilai bagus, aku juga selalu ranking pertama di kelas, tp tak pernah satu kata pun keluar dari mulutmu bahwa kau bangga dengan prestasi ku. Hingga akhirnya, aku mencoba untuk menurunkan prestasiku dan sudah beberapa surat dari sekolah yg kuberikan kepadamu tentang hal itu, tapi kau tak pernah berkata apa2. Sebenarnya, adakah aku d hatimu?? Akhirnya aku memutuskan bahwa besok aku akan menjadi anak yg sangat nakal dan bodoh supaya bunda bisa memperhatikanku".

Begitulah isi surat tersebut dan akhirnya aku tau kenapa anakku berubah.
sumber : REPUBLIKA

2 komentar:

  1. dlm pribadi si anak aspek kognitif punya lebih, apektif tidak kalah hanya psikomotor baru.... perlu di analisa.

    BalasHapus

Kritik dan saran serta komentar positiv sangat kami harapkan. Siapapun anda boleh memberikan komentar, kami tunggu yah !!!!